Memanusiakan murid - Tulisan ini sebenarnya terinspirasi dari hasil diskusi kecil bersama sahabat yang juga merupakan guru. Yah begitulah ketika jumpa, rasanya topik pembicaraan kami tak pernah jauh dari rutinitas sehari-hari, apalagi kalau bukan kegiatan di sekolah 😀😀
Murid dengan beragam keunikan dan tingkahnya, ini tentu merupakan topik yang tidak ada habisnya untuk di bahas. Apalagi dengan berbagai cara dan trik guru dalam menghadapi kenakalan murid. Setiap guru tentu memiliki cara tersendiri dalam menyelesaikan masalah dan memenangkan hati muridnya. Namun, tentu ada cara yang paling ideal dalam meghadapi kenakalan murid. Cara yang guru gunakan jangan sampai membuat murid malah semakin jauuh dari sikap dan perilaku yang diharapkan.
Dalam mengatasi kenakalan murid, beberapa guru mungkin masih menggunakan hukuman, baik berupa hukuman fisik maupun secara verbal. Bahkan, (barangkali) ada yang masih menggunakan kekerasan fisik untuk memberikan efek jera. *Mohon maaf sebelumnya, ini hanya dugaan penulis, namun jauuuuuuh di dalam hati, penulis berharap tidak ada lagi yang menggunakan kekerasan fisik sebagai bentuk hukuman. Padahal, dari apa yang penulis amati dan berdasarkan pengalaman penulis sendiri, memberikan hukuman maupun kekerasan secara fisik tidak benar-benar membuat murid jera. Meski terlihat lebih tunduk, namun dibelakang, mereka sama sekali tidak menaruh rasa hormat pada guru yang bersangkutan. Parahnya lagi, murid yang nekat, bisa saja melakukan hal-hal diluar dugaan sebagai bentuk pembalasan dendam. Hal ini tentu tidak boleh diabaikan dan bisa jadi pertimbangan bagi guru dalam bertindak dan menghadapi murid.
Lantas, apakah kita bahagia menjadi guru yang tidak lagi dihormati? *Sejujurnya hal ini sering menjadi bahan renungan bagi penulis
Kita sering mendengar istilah memanusiakan manusia. Apa sebenarnya makna dari dua kata tersebut?
Penulis berpendapat bahwa memanusiakan manusia berarti menghormati dan menghargai, serta memperlakukan orang lain dengan baik sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia. Dengan kata lain, tidak berlaku semena-mena terhadap orang lain. Lalu, bagaimana dengan memanusiakan murid?
Menurut ahli, konsep memanusiakan manusia merupakan bagian dari humanisme, yaitu paham yang bertujuan menghidupkan rasa perikemanusiaan dan mencita-citakan pergaulan hidup yan lebuh baik. Sedangkan pendidikan, merupakan proses untuk mengubah perilaku seseorang dalam proses pengajaran.
Dua hal di atas tentu memiliki hubungan yang sangat erat dimana kita bisa melihat bahwa pendidikan juga merupakan proses memanusiakan manusia. Pendidikan seharusnya pro terhadap murid. Setiap murid adalah unik dengan segala potensi yang ada pada masing-masing individu. Murid yang melakukan kesalahan bukan berarti dia buruk atau karakternya tidak baik. Pasti ada alasan dibalik hal tersebut, entah untuk mencari perhatian atau memenuhi kebutuhan dasar lainnya. Ketika hal tersebut terjadi, kita sebagai guru hendaknya melakukan dialog dengan murid sehingga murid merasa dihargai keberadaannya dan juga dihargai pendapatnya. Bukankah hal ini sejatinya merupakan konsep memanusiakan manusia?
Memanusiakan murid bisa dimulai dengan lebih dulu memanusiakan hubungan yang berorientasi pada murid. Hal ini ditunjukkan dengan empati dan sikap memahami murid. Guru hendaknya mengingat bahwa berbuat salah itu wajar dan setiap orang ingin dihargai. Tidak menutup kemungkinan, ketika murid merasa dihargai, mereka akan luluh hatinya dan lebih menjaga perilakunya. Selain itu, memanusiakan hubungan dengan murid juga penting untuk mengetahui profil dan karakter mereka sehingga dapat menciptakan kegiatan yang menyenangkan di sekolah dan juga bisa membantu murid menggali segala potensi yang ada dalam diri mereka. Disamping itu, yang tidak kalah pentingnya, guru juga harus mengasah karakter murid agar mereka tidak salah dalam bertindak, serta bisa membedakan mana yang benar dan salah. Dengan demikian, akan tercipta hubungan yang baik antara guru dan murid. Lebih lanjut, hal ini bisa membangun kedekatan guru dan murid secara emosional yang akan berdampak pada proses belajar mengajar, termasuk pada hasil akademik murid. Tentunya, kompetensi sosial murid juga akan terasah.
Topik ini merupakan hal yang menarik untuk didiskusikan. Apa yang ditulis disini hanyalah apa yang penulis pikir dan rasakan, tidak mutlak benar untuk semua orang. *Scroll lg ke atas: paragraf kedua, kalimat ketiga. Semoga tulisan ini bermanfaat.
Tulisan lainnya yang terkait: disini
3 Comments
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteWhat an inspiration. Proud of you bu guru. Judulnya kata lain dari "menghamba" kepada murid" sesuai pemikiran bapak Ki Hajar Dewantara. Menghamba dalam arti benar" memikirkan dampak positif kepada murid untuk membantu mereka tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodrat masing-masing.
ReplyDeleteMakasi bun. Benar-benar yaa pemikiran KHD merubah pola pikir kita 😁😂
Delete