Saat Pengembangan Diri Mendominasi, Apakah Murid Terabaikan?

 

Ketika teman-teman sampai pada tulisan ini. Tolong baca kembali judul dari tulisan ini, kemudian tanyakanlah kebenarannya pada diri masing-masing. Cukup! Penulis tidak meminta anda melihat orang lain, tapi coba lihat diri sendiri. Ya, cukup lihat diri sendiri :)


Melalui tulisan ini, penulis ingin mengajak teman-teman untuk berefleksi. Kenapa? Ya, karena isu pendidikan saat ini menurut penulis cukup dramatis. Transformasi pendidikan yang seharusnya mampu mengubah dan memperbaiki sistem pendidikan malah sering kali menimbulkan berbagai masalah baru yang tidak terduga. Berbagai tantangan dan hambatan membuat hasilnya tidak selalu sesuai dengan ekspektasi. 

Lantas, harus bagaimana? yaaa ga harus gimana-gimana :D 

Sebaiknya kita perlu memahami bahwa yang namanya perubahan pasti butuh waktu. Hasil dari suatu perubahan mungkin tidak segera terlihat. Menurut penulis, yang terpenting adalah bagaimana sikap kita dalam menyikapi hal tersebut. Penting bagi kita untuk berefleksi dan melihat kembali tujuan dari reformasi pendidikan ini. Apakah kita sudah berada di jalur yang benar? Apakah kita sudah melakukan yang terbaik? Apakah perubahan yang dilakukan benar-benar membawa manfaat bagi semua pihak, terutama murid?

Nah, apa kaitannya dengan judul tulisan ini?

Penulis melihat kondisi saat ini dimana seharusnya semua pihak saling mendukung, malah sebaliknya. Sebenarnya wajar saja. Dalam sebuah perubahan tentu ada pro dan kontra, sangat wajar. Itulah sebabnya dari awal penulis sampaikan "Jangan lihat orang lain!".  

Saat ini marak dengan berbagai argumen tentang "Guru sibuk sendiri, murid terabaikan". Penulis menganggap kalimat tersebut mencerminkan kekhawatiran terhadap situasi di mana guru mungkin terlalu fokus pada tugas administratif atau hal-hal lain sehingga mengabaikan kebutuhan belajar murid. Namun, tidak semua guru seperti itu. Banyak guru yang sangat berdedikasi terhadap pengajaran dan pengembangan diri murid mereka. Tidak adil rasanya menyamaratakan semua guru dalam kategori yang sama. Banyak guru yang sangat peduli dengan kesejahteraan dan perkembangan murid mereka, meskipun menghadapi berbagai tantangan dalam profesinya. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa terkadang ada suatu kondisi dimana barangkali guru terpaksa harus meninggalkan kelas. Menurut penulis, hal tersebut dapat dimaklumi, selama tidak berlebihan atau terlalu sering meninggalkan kelas. 

Lantas, apakah guru tidak boleh melakukan pengembangan diri? Tentu saja boleh. Pengembangan diri bagi seorang guru sangat penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang diberikan kepada murid.  Bahkan, aktivitas guru untuk melakukan pengembangan diri didukung  dalam Keputusan Menteri Nomor 234/O/2024 tentang Pedoman Formasi Jabatan Fungsional Guru, Pengawas Sekolah, Pamong Belajar dan Penilik berikut ini.

Klik untuk melihat gambar lebih jelas

Tabel tersebut digunakan untuk menghitung formasi JF Guru per jenjang jabatan dengan melihat perbedaan peran guru pada masing-masing jenjang jabatan yang diduduki, seperti dalam konteks interaksi dengan rekan sejawat sebagai pelaksana objek kerja tambahan. Dapat dilihat pada tabel bahwa dari 37,5 jam kerja ASN perminggu, setelah dikurangi jumlah JP tatap muka dan diluar kegiatan tatap muka, masih tersisa 7,5 jam yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan diri dan orang lain. Bahkan, bagi guru dengan jenjang jabatan Guru Ahli Pertama, sisa waktu 7,5 jam digunakan 100% untuk pengembangan diri. Intinya, pengembangan diri sangat dianjurkan bagi guru, namun perlu dilakukan dengan perencanaan yang matang agar tidak mengganggu proses pembelajaran di kelas. Sekolah dan guru harus bekerja sama untuk menemukan solusi terbaik sehingga hak guru untuk melakukan pengembangan diri dapat berjalan tanpa mengorbankan hak belajar murid

Nah, kembali lagi ke judul ya. Bagaimana kita menyikapi situasi ini? Yaa, sebaiknya memang kita kembali ke diri masing-masing. Kita tidak perlu menggeneralisasikan sesuatu jika setiap situasi memiliki konteks yang berbeda. Bagaimana jika hal tersebut terjadi di sekitar kita? Jika memungkinkan, lakukan refleksi bersama tanpa ada penghakiman. Tidak perlu merasa paling benar., juga sebaiknya tidak menutup diri dari perspektif yang berbeda. Penulis pun tidak masalah jika tulisan ini tidak sesuai dengan pendapat yang lain. 

Mari kita bersama-sama terus mendukung perubahan positif dalam sistem pendidikan. Tetaplah waspada dan kritis terhadap setiap langkah yang diambil. Jika memungkinkan, lakukan refleksi diri. Hanya dengan begitu kita dapat memastikan bahwa pendidikan di masa depan benar-benar memberikan manfaat yang besar bagi generasi berikutnya :D



Salinan Kepmen Nomor 234/O/2024 dapat dilihat secara lengkap disini 

Post a Comment

2 Comments

  1. Saya sangat sependapat dengan apa disampaikan. Di saat guru dituntut untuk mengembangkan kompetensi dan mengurusi administrasi memang seringkali urusan mengajar menjadi hal ke sekian, terlebih untuk guru yang diwajibkan untuk menyelesaikan administrasi tersebut. Refleksi diri memang sangat penting dilakukan agar kita bisa terus menyadari apakah hal yang kita lakukan sudah berdampak juga untuk murid kita.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tetap semangat buguru. Apapun yg kita lakukan, niat awalnya adalah karena murid. Semoga kita bs jadi guru yg dirindukan oleh muridnya ❤️

      Delete