Dibalik Layar

Sudah menjadi rahasia umum jika dalam satu tahun terdapat duabelas bulan yang setara dengan kurang lebih 366 hari atau 8784 jam. Jika dikonversikan ke satuan menit hasilnya lebih dari 500.000 menit. Namun, setiap hari bukan hanya sekedar 24 jam, melainkan sebuah kesempatan baru untuk menemukan peluang-peluang baru, berkembang dan menciptakan kisah positif dalam perjalanan hidup kita. 


Dalam dunia pendidikan saat ini, pemerintah sedang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada guru untuk dapat mengembangkan kompetensinya melalui Platform Merdeka Mengajar (PMM). Dalam tulisan ini, penulis tidak bermaksud menjadi sales pendidikan yang berbicara tentang kesaktian PMM, atau menjadi saksi atas kehebatan para guru (yang kini kian banyak klasifikasinya) yang telah berhasil melakukan inovasi pembelajaran. Bukan, bukan itu. Penulis hanya ingin bercerita mengenai kesempatan yang diperoleh untuk dapat berkontribusi menjadi pemeran dibalik layar. 

Berawal dari salah satu cerita praktik (ceprak) pembelajaran yang berhasil lolos kurasi dan dipublikasikan di PMM (disini), membawa penulis bergabung dalam komunitas Alumni Kreator Cerita Praktik. Komunitas tersebut sangat aktif. Selain diskusi melalui WA Grup, Tim Ceprak PMM juga memfasilitasi para alumni untuk dapat lebih mengembangkan kemampuan menulisnya melalui pelatihan/pertemuan bulanan dengan topik yang menarik. Tak hanya itu, pada akhir bulan Oktober 2023, Tim Cerita Praktik juga memberikan kesempatan kepada 10 alumni terpilih untuk dapat berkontribusi menjadi kurator cerita praktik. Penulis beruntung menjadi salah satu dari 10 kurator yang terpilih. Disinilah awal pengalaman baru dimulai, berkontribusi di balik layar.

Meskipun sudah diberikan instrumen dan pedomannya, proses kurasi ternyata tidak mudah. Proses yang dilakukan bukan sekedar mengoreksi penulisan tanda baca dan ketepatan pemilihan kata atau kalimat yang digunakan, namun juga mencoba memahami ide/gagasan serta alur cerita yang ditulis oleh si pembuat cerita praktik. Penulis sebagai kurator berusaha untuk memahami dan tidak men-judge isi/tulisan cerita praktik yang sedang dikurasi. Saat mengurasi, awalnya penulis melihat isi/pesan cerita tersebut dari sudut pandang penulis, mencoba memahami cerita yang ditulis. Selanjutnya, penulis juga mencoba melihat dari sudut pandang si pembuat cerita, pesan apa yang sebenarnya yang ingin disampaikan. Bahkan, tidak jarang penulis juga melihat dari sudut pandang pembaca yang lain. Untuk beberapa istilah yang digunakan atau aksi yang dilakukan, sebaiknya agar bisa dipahami oleh semua kalangan pembaca. Sehingga, cerita tersebut dapat menginspirasi atau mudah ditiru oleh guru lainnya. 

Dalam proses kurasi cerita praktik, tidak dibenarkan untuk langsung merubah tulisan orang lain atau mengganti ide/gagasan si pembuat cerita. Disinilah proses pembelajaran terbaik bagi penulis. Penulis mencoba untuk tidak langsung men-judge atau memberikan kritik terhadap isi tulisan maupun aksi yang dilakukan oleh si pembuat cerita. 

TIM Cerita Praktik sering bertanya kepada para kurator apakah cerita yang sedang dikurasi layak atau tidak untuk terbit di PMM. Penulis belum pernah menemukan ada yang menyatakan tidak layak. Penulis secara pribadi dalam kesempatan ini juga belajar untuk tidak meremehkan karya orang. Sebab, beberapa aksi mungkin belum tentu cocok dilakukan di sekolah sendiri, namun bisa jadi solusi terbaik di sekolah mereka atau sekolah lainnya. Hal tersebut tergantung pada karakteristik masing-masing satuan pendidikan dan karakteristik murid. Menurut penulis, hal inilah yang menjadi dasar bahwa semua cerita praktik layak untuk dibagikan dan layak mendapatkan kesempatan untuk terbit di PMM. Namun, tentu harus sesuai dengan ketentuan dan instrumen kurasi cerita praktik. Beberapa cerita praktik meskipun sudah sesuai dengan instrumen, perlu ada perbaikan, baik dalam penulisannya, struktur kalimat, maupun ide yang dapat lebih dikembangkan lagi. Maka, akan diberikan kesempatan untuk merevisi sampai cerita tersebut terbit pada fitur Cerita Praktik PMM.

Demikian proses yang penulis lalui sebagai kurator cerita praktik. Kesempatan baik ini tidak hanya memberikan pengalaman baru namun juga memberikan hadiah berupa kesempatan mengasah keterampilan untuk dapat melihat sebuah cerita dari beragam sudut pandang. Belajar untuk tidak memberikan intervensi berlebihan pada alur cerita orang lain, namun tetap dapat memberikan arahan dalam bentuk pertanyaan agar si pembuat cerita dapat lebih mengelaborasi atau mengembangkan cerita yang ditulis. Sehingga dapat lebih dipahami dan menarik untuk dibaca. Secara tidak langsung, pengalaman ini telah mengasah empati penulis dan menjadikan penulis sebagai probadi yang dapat berpikir secara terbuka terhadap berbagai macam ide/gagasan, informasi, maupun argumen. Namun, tetap kritis. 

Post a Comment

0 Comments