PERAN BAHASA BAGI GURU DALAM MENDIDIK SISWA


TUGAS SEMESTER
PERAN BAHASA BAGI GURU
DALAM MENDIDIK SISWA




   

DISUSUN OLEH
Nama   :    Etrin Junintha Pradipta
NIM     :    E1R012010
Kelas   :    B (PGBI)





Prodi Pendidikan Matematika
Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Mataram
2012





BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Salah satu komponen penting yang mencirikan identitas diri adalah bahasa. Tak hanya itu, kualitas diri seseorang bisa dilihat dari cara berbicaranya. Bahasa sehari-hari tak hanya digunakan untuk sekedar berbicara yang tidak mempunyai makna yang baik. Dengan sebuah kualitas bahasa yang baik, maka besar kemungkinan kualitas diri seseorang akan semakin baik. Pentingnya sebuah bahasa sampai tertera pada sebuah pepatah, “lisan itu bagaikan pedang yang tajam, sesekali kamu melakukan kesalahan maka itu akan menjadi pedang yang tajam untuk menusuk hati seseorang, dan akan membuat lobang di dalam hatinya yang sulit ditutup kembali”.
Seperti halnya dalam dunia pendidikan yang sudah berjalan berabad-abad tak luput dari sebuah bahasa yang digunakan dalam mengajar. Disinilah kita melihat bahwa betapa pentingnya peran sebuah bahasa bagi guru dalam mendidik siswa. Sebagai guru, seseorang harus terlebih dahulu belajar bagaimana menciptakan suasana kelas yang menyenangkan. Salah satunya dengan berbahasa.
Peran guru sangatlah dibutuhkan untuk mendukung terciptanya suasana belajar mengajar yang menyenangkan, aktif dan memungkinkan anak berprestasi secara maksimal. Hal utama yang harus diperhatikan oleh guru adalah bagaimana meraka bertutur kata dalam membimbing, mendidik, menasehati, dan bertingkah laku sebagaimana mestinya, sehingga para siswa pun dapat mengerti apa yang telah disampaikan oleh guru mereka. Dan perlu diingat bahwa sekolah merupakan rumah kedua bagi siswa dan guru adalah orang tua mereka di sekolah.
1.2 Batasan Masalah
Agar pembahasan tidak menyimpang dari pokok perumusan masalah yang ada, maka penulis membatasi masalah pada lembaga pendidikan sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas.
1.3 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.      Apakah yang dimaksud dengan bahasa?
2.      Bagaimana peran bahasa bagi guru dalam mendidik siswa?
3.      Bagaimana bahasa yang tepat bagi guru dalam mendidik siswa?

1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Secara Umum
1) Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan bahasa
2) Dapat mengetahui peran bahasa bagi guru dalam mendidik siswa
3) Dapat mengetahui bahasa yang tepat bagi guru dalam mendidik siswa
1.4.2 Secara Khusus
Tujuan penelitian secara khusus ialah supaya para pembaca dan terutama saya dapat memahami peran bahasa bagi guru dalam mendidik siswa serta bahasa yang seperti apa yang seharusnya digunakan oleh guru dalam mendidik siswa sehingga dalam proses belajarnya, siswa mampu mengerti apa yang telah disampaikan dan bagaimana cara siswa supaya mampu mengaplikasikan ilmu yang telah diberikan dalam kehidupan sehari-hari.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Penenlitian Teoritis
Manfaat yang dapat kita ambil secara teoritis adalah kita dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan bahasa, bagaimana peran bahasa bagi guru dalam mendidik siswa, serta bagaimana bahasa yang tepat bagi guru dalam mendidik siswa. Dari beberapa penjelasan yang dipaparkan dalam tulisan ini, kita dapat dengan mudah menarik kesimpulan sendiri yang kemudian kita rangkai dengan kata-kata yang mudah kita pahami.
1.5.2 Manfaat Penelitian Praktis
Manfaat penelitian secara praktis yang dapat kita ambil ialah kita mampu menerapkan teori-teori yang dipaparkan dalam tulisan ini. Dengan jelas disebutkan peran bahasa bagi guru dalam mendidik siswa dan bahasa seperti apa yang seharusnya digunakan guru dalam mendidik siswa sehingga siswa bisa senang dan merasa nyaman ketika sedang berbicara kepada gurunya, serta siswa dengan mudah dapat menangkap apa yang dikatakan oleh guru mereka.




BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati. Namun, lebih jauh bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, atau perasaan. Dalam studi sosiolinguistik, bahasa diartikan sebagai sebuah sistem lambing, berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam, dan manusiawi (Abdul Chaer, 2010:11). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bahasa adalah sistem bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Menurut Keraf, bahasa adalah bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa symbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan sistem komunikasi yang mempergunakan symbol-simbol vocal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer. Pendapat lainnya tentang definisi bahasa diungkapkan oleh Syamsuddin (1986:2), beliau memberikan dua pengertian bahasa. Pertama, bahasa adalah alat yang dipakai untuk membentuk pikiran dan perasaan, keinginan dan perbuatan-perbuatan, alat yang dipakai untuk mempengaruhi dan dipengaruhi. Kedua, bahasa adalah tanda yang jelas dari kepribadian yang baik maupun yang buruk, tanda yang jelas dari keluarga dan bangsa, tanda yang jelas dari budi kemanusiaan.
Menurut Drs. Caca Sudarsa dalam bukunya (1992: 5), bahasa yang baik atau tepat adalah pemakaian bahasa yang serasi dengan peristiwa atau keadaan yang dihadapinya. Bahasa yang benar adalah pemakaian bahasa yang selalu mengikuti kaidah yang dibakukan. Jadi, ukuran kebenaran suatu pemakaian bahasa itu diukur mengikuti atau tidaknya kaidah yang berlaku dalam bahasa itu (Drs. Caca Sudarsa, 1992: 5).
Namun definisi yang banyak dipakai orang adalah bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota suatu masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar sesamanya, berdasarkan pada budaya yang mereka miliki bersama (Soenjono Dardjowidjojo, 2005: 16).



BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Definisi Bahasa
Berikut akan dipaparkan definisi bahasa menurut beberapa ahli :
1.      Harimurti Kridalaksana
Bahasa adalah sistem bunyi bermakna yang dipergunakan untuk berkomunikasi ole kelompok manusia.
2.      Finoechiaro
Bahasa adalah sistem symbol vocal yang arbitrer yang memungkinkan semua orang dalam suatu kebudayaan tertentu, atau orang lain yang mempelajari sistem kebudayaan itu, berkomunikasi atau berinteraksi.
3.      Carol
Bahasa merupakan sistem bunyi atau urutan bunyi vocal yang terstruktur yang digunakan atau dapat digunakan dalam komunikasi internasional oleh kelompok manusia dan secara lengkap digunakan untuk menggunakan sesuatu, peristiwa, dan proses yang terdapat disekitar manusia.
4.      Kamus Linguistik
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk kerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.
5.      D.P. Tambulan
Bahasa adalah untuk memahami pikiran dan perasaan, serta menyatakan pikiran dan perasaan.
6.      H.G. Brown
Bahasa adalah suatu sistem komunikasi menggunakan bunyi yang diucapkan melalui organ-organ ujaran dan didengar diantara anggota-anggota masyarakat, serta menggunakan pemrosesan symbol-simbol vocal dengan makna konvensional secara arbitrer.
7.      Santoso
Bahasa adalah rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar.
Jadi dapat disimpulknan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunkasi oleh masyarakat pemakainya. Bahasa sendiri berfungsi sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk memahami pikiran dan perasaan serta menyatakan pikiran dan perasaan.
Selain kita mengetahui definisi bahasa, sekiranya perlu untuk kita mengetahui fungsi bahasa itu sendiri. Berikut akan diuraikan secara singkat mengenai fungsi bahasa.
Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan informasi. Namun perlu diketahui juga bahwa fungsi bahasa pada dasarnya lebih dari sekedar alat untuk menyampaikan informasi, atau mengutarakan pikiran, perasaan atau gagasan. Menurut M.A.K Halliday dalam Brown (1980:194-195), fungsi bahasa adalah sebagai berikut :
1)      Fungsi instrumental, yaitu untuk melayani lingkungan
2)      Fungsi regulator, yaitu untuk mengontrol peristiwa
3)      Fungsi representasi, yaitu untuk membuat pernyataan, menyampaikan fakta dan pengetahuan, menjelaskan atau melaporkan.
4)      Fungsi interaksional, yaitu untuk memelihara kelangsungan komunikasi sosial.
5)      Fungsi personal, yaitu untuk mengekspresikan perasaan, emosi, pribadi, reaksi-reaksi mendalam.
6)      Fungsi heuristik, yaitu untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan mempelajari lingkungan.
7)      Fungsi imajinatif, yaitu untuk melayani sistem imajinasi atau ide.

3.2 Peran Bahasa Bagi Guru dalam Mendidik Siswa
Bahasa itu sangat berperan penting bagi guru dalam hal mendidik siswa. Terutama anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan. Bagi para guru harus senantiasa menjaga alat ucapnya dalam mengucapkan segala macam bahasa. Menjaga di sini maksudnya ialah bahwa guru harus benar-benar memperhatikan situasi dan kondisi di mana mereka berbicara.
Fungsi representasi dapat dikolaborasikan dengan fungsi interaksional. Yakni, dengan bahasa yang mampu memelihara kelangsungan komunikasi social, diharapkan para siswa mampu mengerti dan memahami fakta dan pengetahuan yang disampaikan oleh guru. Dalam hal ini, jika para guru pandai mengkolaborasikan antara fungsi-fungsi bahasa yang telah dipaparkan di atas, maka insyaAllah kita sebagai guru akan sukses dalam mendidik siswa kita.
Peran bahasa harus diwujudkan oleh para guru melalui hal-hal berikut :
1)      Para guru harus menyayangi dan mencintai siswanya melalui bahasa yang mereka gunakan. Artinya, para guru harus melihat sisi baik dari anak didik tersebut, jangan pernah melihat kekurangannya. Siswa yang akan menerima tantangan menuju kehebatan jika mereka mengetahui gurunya mencintainya dengan tulus dan menghormatinya dengan tulus  sehingga  ketika para siswa mendapatkan cinta dan kasih sayang yang tulus dari guru-gurunya selaku orang tua di sekolah, maka mereka akan dengan mudah menerima dan mencontoh hal-hal positif yang diberikan oleh guru mereka sehingga para guru mampu membentuk kepribadian siswa yang baik.
2)      Para guru harus menjaga ketenangan dan kenyamanan dilingkungan sekolah, terutama pada saat proses belajar mengajar di kelas dengan cara menjaga penggunaan bahasanya. Dengan demikian, diharapkan guru dan siswa dapat menjadi lebih akrab dan dapat menjadikan suasana kelas yang asik dan menyenangkan sehingga  para peserta didik tidak merasa tegang saat sedang berhadapan dengan gurunya.
3)      Para guru harus mengenal anak didiknya. Selain itu, kenali juga keluarga dan tetangga anak didik karena itu juga mempengaruhi perkembangannya. Dengan demikian, diharapkan para guru mampu mengetahui dan membina bakat yang dimiliki oleh siswanya karena hal itu juga dapat mempengaruhi prestasi akademik, mental, fisik dan emosi anak didik.
4)      Para guru harus mampu memahami karakteristik dan perasaan anak didiknya. Tidak hanya materi saja yang diunggulkan. Namun, pendekatan-pendekatan yang lainnya yang dimulai dengan bahasa yang baik. Begitu pentingnya sebuah pengolahan bahasa yang dapat menciptakan sebuah energy yang hebat. Energi yang hebat itu jika diolah untuk menciptakan kualitas diri anak didik akan melesat cepat. Sebuah energi bahasa yang dikelola dengan baik akan menjadi sebuah energy yang positif dan akan merubah pola perilaku yang negative. Yang asalnya pola perilaku negative dalam kelas itu tercipta akan tereosi sedikit demi sedikit dan akan tercipta sebuah pola perilaku yang baik, sehingga akan terjadi belajar dan pembelajaran yang efektif. Tercipta suatu keharmonisan yang membahagiakan bagi pendidik dan perserta didik sehingga dalam meniti ilmu pengetahuan akan semakin digemari dan dinikmati.
5)      Para guru harus bisa menjadi motivator bagi siswanya. Dalam hal ini, para guru mampu memberikan kepercayaan bagi siswanya, karena hal ini akan menjadikan mereka maju dan berusaha serta berani dalam bersikap. Ketika seorang guru mendatangi salah satu  muridnya dan mengucapkan beberapa kalimat yang indah dan memompa mimpi-mimpinya, bisa dibayangkan pada benak diri seorang murid yang mendapatkan pujian dan tutur kata yang baik dan indah. Mereka akan tertunduk manis dan akan merenungkan perkataan yang diberikan oleh gurunya. Motivasi-motivasi yang diberikan akan mampu membuat mereka bangkit dan percaya diri dalam menggapai cita-citanya.
Guru adalah seorang teladan bagi anak didiknya dalam pembentukan kepribadian maupun  tindak berbahasa. Secara tidak sadar, seorang siswa akan mengagumi gurunya dan berusaha mencontoh apa yang dilakukan dan diucapkan oleh gurunya, maka bahasa di sini berperan sebagai suatu media dalam penyampaian materi dan  masukan-masukan yang baik dari guru terhadap anak didiknya baik teoritis maupun secara praktis.

3.3 Bahasa yang Tepat Bagi Guru dalam Mendidik Siswa
Menurut Santrock (2008), terdapat tiga aspek utama dari komunikasi dalam pembelajaran, yaitu keterampilan berbicara, mendengar, dan komunikasi non verbal. Berbicara di hadapan  kelas dan di hadapan siswa harus dapat mengkomunikasikan informasi secara jelas. Kejelasan dalam berbicara penting agar pengajaran yang dilakukan oleh guru dan proses belajar yang diikuti siswadapat berjalan responsive.
Florez (1999) dalam Santrock (2008) mengemukakan beberapa strategi yang dpat digunakan oleh guru agar dapat berbicara secara jelas pada saat proses pembelajaran berlangsung.strategi yang dimaksud adalah harus dilakukan dengan menggunakan tata bahasa yang benar, kosa kata yang dapat dipahami dan tepat pada perkembangan anak, melakukan penekanan pada kata-kata kunci atau dengan mengulang penjelasan, berbicara dengan tempo yang tepat, tidak menyampaikan hal-hal yang kabur, dan menggunakan perencanaan dan pemikiran logis sebagai dasar berbicara secara jelas di kelas.
Menurut Santrock (2008), terdapat dua gaya penyampaian pesan dalam komunikasi verbail, yaitu gaya pesan “kamu” dan gaya pesan “saya”. Gaya pesan “kamu” adalah gaya pesan yang tidak disukai oleh siswa karena pembicara tampak menghakimi orang lain dan menempatkan siswa dalam posisi defensive. Contohnya, “itu benar-benar perkataan bodoh” yang berarti “ucapan kamu benar-benar bodoh”. Sedangkan gaya pesan “saya” bersifat merefleksikan perasaan pembicara dan llebih baik. Dalam proses pembelajaran, guru selain harus dapat memonitor percakapan sendiri, juga harus dapat memonitor percakapan siswa agar dapat membimbing mereka untuk lebih baik menggunakan gaya pesan “saya”.
Dalam berbagai hal, seorang guru dapat mengalami situasi di mana komunikasi dengan siswa menjadi tidak efektif. Gordon (1997) dalam Santrock (2008) mengemukakan lima hal yang dapat menjadi rintangan dalam menjalankan komunikasi verbal yang efektif, yaitu kritik, pelabelan (pemberian julukan), menasehati, mengatur-atur, dan ceramah moral. Mengevaluasi dengan memberikan kritik kepada siswa dapat mengurangi efektivitas komunikasi, sehingga mengkritik siswa dapat dilakukan dengan meminta siswa evaluasi diri, misalnya penyebab nilai ujiannya yang buruk. Julukan atau pelabelan biasanya menjadi cara untuk merendahkan siswa dengan menggunakan kata-kata hinaan, sehingga guru harus mengontrol perkataannya dan perkataan murid agar dapat saling memahami perasaan satu sama lain. Menasihati yang dimaksud dalam hal ini adalah merendahkan orang lain, lalu memberikan nasihat solusi, dan mengatur-atur dapat terjadi dengan memerintahkan orang lain melakukan sesuatu yang diinginkan, sehingga dapat menimbulkan resistensi. Sedangkan ceramah moral yang bersifat mengkhotbah bagi siswa dapat meningkatkan rasa bersalah dan kegelisahan pada diri siswa. Dengan demikian, seorang guru lebih baik menggunakan bahasa yang tidak terlalu menyalahkan siswa.
Sebenarny, siswa hanya mampu belajar dengan baik jika guru mampu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Agar dapat tercapainya proses belajar mengajar yang baik, sebagai salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah guru menggunakan bahasa yang menarik sehingga siswa akan mempunyai ketertarikan dengan materi yang disampaikan oleh guru dan siswa pun akan mendapatkan dan mencerna dengan baik mengenai materi yang disampaikan oleh guru tersebut.
Tata bahasa yang digunakan oleh guru sangat mempengaruhi semangat dan minat belajar para siswa. Apabila bahasa yang digunakan adalah bahasa yang monoton dan sulit untuk dicerna serta membosankan, maka minat siswa pun akan menurun terhadap materi yang diberikan dan itu pun akhirnya mempengaruhi nilai siswa tersebut. Oleh karena itu, untuk terjalinnya proses belajar mengajar yang baik diperlukan timbal balik antara guru dan siswa sehingga antara guru dan siswa mendapatkan keuntungan yang sama.
Bahasa yang digunakan hendaknya bahasa yang baik dan benar. Yang dimaksud dengan bahasa yang baik dan  benar ialah bahasa yang pemakaian bahasa itu serasi dengan sasarannya dan yang di samping itu mengikuti kaidah bahasa yang benar. Jadi ungkapan berbahasa dengan baik dan benar mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran (Drs. Caca Sudarsa, 1992: 5).
Bahasa yang baik adalah bahasa yang sesuai dengan situasi. Sebagai alat komunikasi, bahasa harus dapat efektif menyampaikan maksud kepada lawan bicara.
Bahasa yang benar adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa baku, baik kaidah untuk bahasa baku tertulis maupun bahasa baku lisan.
     Bahasa yang digunakan selain mengikuti kaidah-kaidah bahasa yang berlaku, hendaknya juga mengandung nasehat dan berbagai petuah yang baik untuk anak, sehingga kita sebagai orang tua bukan hanya berbicara tanpa ada maksud tertentu di dalamnya.




BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunkasi, sehingga peran bahasa bagi guru dalam mendidik siswa ialah dapat menjadi alat komunikasi dalam hal mendidik, menasihati, memberikan arahan, memberikan motivasi, serta dalam hal menggali dan mengasah minat dan bakat siswa sehingga terjalin hubungan yang harmonis antara guru dengan siswa dan siswa dapat menjadikan guru sebagai orang tua sekaligus teman di sekolah.

4.2 Saran

Dalam mendidik siswa melalui bahasa, para guru hendaknya menguasai bahasa itu sendiri terlebih dahulu. Selain itu juga, para guru harus memahami karakteristik anak didiknya sehingga apabila terdapat kesalahan dalam mendidik siswa, guru langsung bisa mengatasi hal tersebut. Sebagai orang yang memilki agama, hendaknya pula dimasukkan ajaran-ajaran agama dalam mendidik siswanya. Melalui bahasa yang baik dan benar, penyampaian ajaran agama tersebut kepada anak didik akan lebih mudah dipahami serta mudah pula untuk diamalkan.







DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Ambary, Abdullah. 1986. Intisari Tata Bahasa Indonesia. Bandung : Djatnika.
Chaer, Abdul. 1993. Pembakuan Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik kajian teoritif. Jakarta : Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2007.  Leksikologi dan Leksikografi Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.
Dardjowidjojo, Soenjono. 2000. Echa kisah Pemerolehan Bahasa Anak. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia.
Dardjowidjojo, Soenjono. 2005. Psikolinguistik Edisi Kedua. : Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Sudarsa, caca. 1992. Materi Bahasa Indonesia untuk Meningkatkan Mutu Guru. Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud).
Syafyahya, Leni, dan Aslinda. 2007. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung : Refika Aditama.
Syamsuddin,  A.  R. 1986. Sanggar Bahasa Indonesia. Jakarta : Universitas Terbuka Jakarta.
Yasyin, Sulchan. 1997. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya : Amanah.



Semoga Bermanfaat :D


Post a Comment

0 Comments